District 9
(2009)
|
Released
|
|
| Country | USA | New Zealand | Canada | South Afrika |
|
Language
|
English | Nyanja | Afrikaans | Zulu | Xhosa | Shouthern Shoto
|
|
Genre
|
|
| Director | Neill Blomkamp |
|
Writers
|
Neill Blomkamp, Terri Tatchell |
| Starcast | Sharlto Copley, Jason Cope, Nathalie Boltt | See full cast and crew |
Review:
Dengan anggaran yang mungkin hanya cukup
untuk membiayai kaki Optimus Prime, film ini bisa jauh lebih menarik dan
menegangkan dari dua film Transformers.
Film arahan sutradara asal Afrika Selatan ini membuktikan bahwa dengan
bujet biasa, kreativitas tidak bisa dikekang. Ini bisa dikatakan
perkawinan antara fiksi ilmiah dan politik dengan bumbu thriller serta
ada unsur dokumenternya. z
Alien yang biasanya ditampilkan sebagai makhluk cerdas, kejam dan misterius dalam berbagai film, di sini ditampilkan layaknya lobster berkaki dua dan menjadi pengungsi di Bumi dengan pesawat terbang mereka yang tiba-tiba saja muncul di Johannesburg 20 tahun yang lalu. Tak jelas asal muasal mereka darimana dan mengapa mengungsi serta memilih Johannesburg sebagai tempat perhentian, apa mereka di planet asalnya adalah makhluk buangan juga?
Dengan bantuan perusahaan swasta bernama MNU, para alien itu dikumpulkan di sebuah perkampungan kumuh bernama Distrik 9 di mana hukum sama sekali tak ada di tempat itu. Manusia tampaknya tak peduli dan sebal dengan alien ini. Maka MNU akan memindahkan para alien tersebut ke Distrik 10, yang agak bersih tapi sebenarnya mirip dengan kamp konsentrasi. MNU memiliki rencana rahasia yakni mencoba untuk bisa menguasai teknologi para alien tersebut.
Wikus van der Merwe (Sharlto Copely), pegawai MNU yang awalnya terlihat konyol dan diminta menjadi kepala proyek pemindahan masal alien tapi mengalami transformasi (dalam arti sesungguhnya) sepanjang film ini. Wikus yang awalnya cuek dengan alien ini harus merasakan bagaimana rasanya menjadi alien. Karakter alien mendapat porsi khusus di setengah akhir film ini, membuka wawasan manusia bahwa walaupun tampilan fisik mereka seperti lobster berkaki dua dan wajahnya mengerikan layaknya udang tapi mereka juga memiliki perasaan dan kecerdasan.
Tanpa satupun pemain yang terkenal dan dialek bahasa Inggris penduduk Afrika Selatan, terasa derajat realisme yang ada begitu dekat dengan penonton dan dengan bujet minim, penonton disuguhi sebuah suguhan spesial efek yang bagus, tidak mengecewakan, tidak seperti film-film berbujet minim lainnya yang hanya mampu menghadirkan efek spesial sekelas intro game PlayStation 3 atau XBOX.
Banyak hal yang disindir film ini, kerakusan manusia, prasangka rasial serta betapa manusia ternyata adalah makhluk yang lebih berani mendiskriminasi daripada alien itu sendiri. Tanpa efek spesial yang berlebihan, pesan film ini cukup kuat dibenamkan ke hati penonton dan dengan gaya semi dokumenter, sebuah gaya baru film fiksi ilmiah telah tercipta. Jangan heran kalau nanti bakal ada yang meniru gaya ini. Tak salah pula jika penonton menarik garis paralel dengan sistem apartheid yang pernah terjadi di Afrika Selatan dengan film ini.
Alien yang biasanya ditampilkan sebagai makhluk cerdas, kejam dan misterius dalam berbagai film, di sini ditampilkan layaknya lobster berkaki dua dan menjadi pengungsi di Bumi dengan pesawat terbang mereka yang tiba-tiba saja muncul di Johannesburg 20 tahun yang lalu. Tak jelas asal muasal mereka darimana dan mengapa mengungsi serta memilih Johannesburg sebagai tempat perhentian, apa mereka di planet asalnya adalah makhluk buangan juga?
Dengan bantuan perusahaan swasta bernama MNU, para alien itu dikumpulkan di sebuah perkampungan kumuh bernama Distrik 9 di mana hukum sama sekali tak ada di tempat itu. Manusia tampaknya tak peduli dan sebal dengan alien ini. Maka MNU akan memindahkan para alien tersebut ke Distrik 10, yang agak bersih tapi sebenarnya mirip dengan kamp konsentrasi. MNU memiliki rencana rahasia yakni mencoba untuk bisa menguasai teknologi para alien tersebut.
Wikus van der Merwe (Sharlto Copely), pegawai MNU yang awalnya terlihat konyol dan diminta menjadi kepala proyek pemindahan masal alien tapi mengalami transformasi (dalam arti sesungguhnya) sepanjang film ini. Wikus yang awalnya cuek dengan alien ini harus merasakan bagaimana rasanya menjadi alien. Karakter alien mendapat porsi khusus di setengah akhir film ini, membuka wawasan manusia bahwa walaupun tampilan fisik mereka seperti lobster berkaki dua dan wajahnya mengerikan layaknya udang tapi mereka juga memiliki perasaan dan kecerdasan.
Tanpa satupun pemain yang terkenal dan dialek bahasa Inggris penduduk Afrika Selatan, terasa derajat realisme yang ada begitu dekat dengan penonton dan dengan bujet minim, penonton disuguhi sebuah suguhan spesial efek yang bagus, tidak mengecewakan, tidak seperti film-film berbujet minim lainnya yang hanya mampu menghadirkan efek spesial sekelas intro game PlayStation 3 atau XBOX.
Banyak hal yang disindir film ini, kerakusan manusia, prasangka rasial serta betapa manusia ternyata adalah makhluk yang lebih berani mendiskriminasi daripada alien itu sendiri. Tanpa efek spesial yang berlebihan, pesan film ini cukup kuat dibenamkan ke hati penonton dan dengan gaya semi dokumenter, sebuah gaya baru film fiksi ilmiah telah tercipta. Jangan heran kalau nanti bakal ada yang meniru gaya ini. Tak salah pula jika penonton menarik garis paralel dengan sistem apartheid yang pernah terjadi di Afrika Selatan dengan film ini.
Download
Nama File : District 9
Jenis : AVI
Ukuran : 167 mb
Durasi : 1 Jam - 52 Menit - 12 Detik
Source : BRRip
Alternatif : Link 1, Link 2, Link 3, Link 4,
Posting Komentar