ke kotamu aku pulang, kaki memar,
karena tapak tanpa ladam
tak kuhiraukan, tak, sebab teringat
bibirmu, bibir buah badam
teringat lidahku menari di sana, kerlip
cahaya menolak padam
kilau paling silau, memijit mata,
menarikan kalam tak teredam
tubuhmu laut maha dalam, di
kedalamannya aku turun menyelam
kau gerus arus di nadimu, serupa
benang bening, buih menyulam
lakumu ambing gelombang, meresah
rusuh ikan kecil, amat seram
ini arusku, jangan kuras aku,
senyatanya rasaku, jarum menjeram
lalu kau tenun bayangmu sendiri, di
pangkuan malam temaram
kau jahit gilap gelap di asin nisan,
diam tabah menjelma param
menghangat jantung, tempat siksa jadi
saksi, duka kau peram
hidupmu gemuruh angin angan, sebab
nahkoda kapal muram
menujum ihwal di lautan, lalu ditulis
pada perkamen buram
sebagai kenang pada bibir curam, kau
pernah bersemayam
pulau bali nan riuh dan asri
Posting Komentar