Kepada Ia, Pria Sesudah Aku
kawan, kepadamu aku sering
keheranan
bagaimana bisa, engkau diperdaya
ia yang
tak punya daya setelah habis
kuperdaya?
engkau hanya sebatas buatnya kagum
tapi tak sekali-kali ia merasa nyaman
engkau hanya sebatas buatnya bahagia
tapi tak kan sudi merawat luka-
lukanya
dan kedegilan hatiku, kata perempuan
itu
seperti kijang haus yang tetap
berlarian
meski tahu hutan dalam tahun
kekeringan
kau bisa menganggapku sebagai gema
yang hingga kini bergaung di
kepalanya
lebih nyaring, dari tuhan yang
menjerit
Posting Komentar